Data BI (Bank Indonesia) diduga bocor di Dark Web, hal ini disebabkan terjadinya peretasan oleh klompok kriminal cyber geng Conti Ransomeware. Mengenai isu tsb bareskrim polri bergerak menyelidiki kebenaran indormasi tsb.
Conti adalah jenis Ransomware yang disebut ransomware-as-a-service (RaaS). Mereka membobol jaringan lewat spearphishing dari email dengan attachment atau link berbahaya, masuk lewat kredensial Remote Desktop Protocol (RDP) yang lemah, sambungan telepon, software palsu dengan SEO, jaringan distribusi malware atau titik lemah lain pada target.
Dikutip dari detik.com "Hari ini sedang dikomunikasikan dulu dengan BI tentang isu tersebut," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dimintai konfirmasi, Kamis (20/1/2022).
Hingga saat ini bareskrim polri masih mengumpulkan informasi mengenai kasus kebocoran data BI (Bank Indonesia), menurut Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) hasil pengecekan akan di pelajari Bareskrim terlebih dahulu.
"Apabila betul, info tersebut akan dipelajari oleh Dittipidsiber," ucapnya.
Sebelumnya, data BI diduga diretas atau dihack oleh kelompok Conti Ransomeware. Kabar itu diumumkan dan diunggah di Twitter oleh salah satu platform intelijen bernama Dark Tracer. Akun @darktracer_int menyebut BI menjadi salah satu korban peretasan.
[ALERT] Conti ransomware gang has announced "BANK OF INDONESIA" on the victim list. pic.twitter.com/qv2iJswis5
— DarkTracer : DarkWeb Criminal Intelligence (@darktracer_int) January 19, 2022
Kebocoran data tsb diperkuat oleh perkataan @darktracer_int yang mengatakan bahwa Geng Conti Ransomware telah mengumumkan "BANK OF INDONESIA" pada daftar korban. Di tambah lagi dengan postingan gambar yang memperlihatkan directory dari situs (bi.go.id).
Unggahan platform intelijen dark web tersebut langsung mendapat tanggapan dari para warganet, pasalnya warganet tampaknya mempermasalahkan system kemanan BI (Bank Indonesia) yg sangat penting untuk dilindungi keamanan datanya.
"Sekelas bank sentral gils. Metaverse Indonesia," ujar akun @fachmiza.
"Di negara yang ktp masih di fotocopy, dan copy ijasah jadi bungkus gorengan, enggak heran kaya begini kejadian," lanjut akun @adit_topak.
Di indonesia sendiri kasus seperti peretasan data tidak hanya terjadi sekali atau duakali, tentunya hal ini yang membuat netijen beranggapan jika pemerintah tidak becus menjaga kemanan data, khususnya data pemerintah yang penting.